Pewarna alami dan pewarna sintetik.-Pakaian, tas, sepatu, makanan dan
minuman merupakan beberapa benda disekitar kita yang memiliki beragam
warna yang menarik. Tapi sebagian besar dari kita tidak tahu dan tidak mau tahu
tentang jenis-jenis zat warna yang digunakan pada benda-benda tersebut, apakah
aman bagi kesehatan atau malah berbahaya bagi kesehatan kita.
Kali ini saya akan berbagi sedikit informasinya buat kalian. Secara umum, zat pewarna terbagi
atas 2 jenis yaitu pewarna alami dan pewarna sintetik atau pewarna buatan.
Pewarna alami merupakan zat warna yang berasal dari bahan-bahan alami, biasanya diambil dari ekstrak tumbuhan (bagian daun, bunga, biji), hewan dan mineral. zat warna alami ini tergolongan zat pewarna yang tidak perlu mendapat sertifikasi atau dianggap masih aman. Jenis-jenis zat pewarna alami yang banyak digunakan dalam industri pangan antara lain ialah zat pewarna asal tanaman, seperti karotenoid, antosianin, klorofil dan curcumin.
a. Karotenoid: isoprenoid dan derivatnya.
b. Klorofil dan senyawa heme: pigmen porphyrin.
c. Antosianin: 2-fenilbenzopyrylium dan derivatnya.
d. Pewarna tumbuhan lainnya: betalains, cochineal, riboflavin dan kurkumin.
e. Melanoidin dan karamel: terbentuk selama proses pemanasan dan penyimpanan.
Keuntungan dalam penggunaan pewarna alami adalah aman bagi kesehatan. Selain itu, beberapa pewarna alami juga dapat berperan sebagai bahan pemberi flavor, zat antimikrobia, dan antioksidan. kekurangannya yaitu warnanya lemah, kurang stabil dalam berbagai kondisi, aplikasi kurang luas dan cenderung lebih mahal.
Pewarna Sintetik
Karena kekurangan yang dimiliki oleh zat pewarna alami, banyak orang memilih untuk menggunakan pewarna sintesis. Zat pewarna sintesis merupakan zat warna yang berasal dari zat kimia dan sebagian besar pewarna sintetis tidak dapat digunakan sebagai pewarna makanan karena kandungan zat kimiannya dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Proses pembuatan zat warna sintesis biasanya melalui penambahan asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara yang terkadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hasil akhir, atau berbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014 persen dan timbal tidak boleh lebih dari 0,001 persen, sedangkan logam berat lainnnya tidak boleh ada.
Minimnya pengetahuan produsen mengenai zat pewarna untuk bahan pangan, menimbulkan penyalahguanaan dalam penggunaan zat pewarna sintetik yang seharusnya untuk bahan non pangan digunakan pada bahan pangan. Hal ini diperparah lagi dengan banyaknya keuntungan yang diperoleh oleh produsen yang menggunakan zat pewarna sintetik (harga pewarna sintetik lebih murah dibandingkan dengan pewarna alami ). namun hal ini dapat membahayakan kesehatan konsumen. Contoh zat pewarna sintesis yang sering digunakan antara lain indigoten, allura red, fast green, tartrazine.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar